Produk asuransi jiwa merupakan produk yang wajib dimiliki oleh semua orang. Garis bawahi kata “wajib” dari kalimat itu. Jadi memiliki asuransi jiwa bukan merupakan sebuah pilihan, namun sudah merupakan kebutuhan pokok. Sama seperti anda membeli makanan untuk memenuhi kebutuhan dasar anda sehari hari, demikian juga dengan asuransi jiwa.
Oleh sebab itu, jika saat ini anda tengah ditawarkan produk asuransi jiwa, dalam pikiran anda jangan memikirkan dan mempertimbangkan apakah anda akan membeli asuransi jiwa yang ditawarkan atau menolak tawaran yang diberikan.
Tetapi yang harus anda lakukan adalah paksa diri anda untuk membeli asuransi jiwa saat ini juga. Paksa diri anda untuk membeli asuransi jiwa Allianz. Kenapa harus asuransi jiwa Allianz? Karena hanya asuransi jiwa Allianz yang dapat memberikan perlindungan paling maksimal kepada anda. Untuk mengetahu lebih lanjut mengenai asuransi jiwa Allianz, silahkan baca disini.
Apakah anda pernah mengalami dikejar kejar Agen Asuransi Jiwa? saya kira sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami hal ini, apalagi beberapa tahun terakhir perkembangan asuransi jiwa di tanah air cukup pesat, jumlah agen asuransi juga bertambah banyak dan tersebar merata hampir diseluruh daerah, saudara anda, tetangga anda atau tidak menutup kemungkinan jangan jangan juga adalah seorang agen asuransi namun.
Namun kenaikan jumlah agen asuransi juga diiringi dengan naiknya tingkat turn over profesi agen asuransi juga. Apa yang dimaksud dengan tingkat turn over profesi agen asuransi?
Ilustrasi nya seperti ini. Setiap tahun, jumlah orang yang mendaftar untuk menjadi agen asuransi meningkat pesat namun banyak juga yang hanya bertahan beberapa bulan saja, beberapa minggu atahu bahkan beberapa hari saja. Mungkin si agen tersebut tidak memiliki komitmen jangka panjang untuk tetap berprofesi sebagai agen dan hanya menganggap pekerjaan sebagai seorang agen asuransi ini hanya sekedar coba coba saja.
Ketika sudah mendapatkan pekerjaan lain yang menurutnya lebih memadai, profesi sebagai agen asuransi pun ditinggalkan. Ini lah yang dimaksud dengan tingginya tingkat turnover yang tinggi. Yang masuk menjadi agen asuransi banyak, yang meninggalkan profesi ini juga banyak dan perputaran ini terjadi setiap tahun dn jumlahnya meningkat terus.
Yang kasihan dan jadi korban siapa? Tentunya para nasabah yang telah membeli polis asuransi jiwa dimana agen yang menawarkan asuransi tersebut sudah tidak bekerja sebagai agen lagi.
Sehingga pada saat si nasabah butuh apa apa, ingin bertanya atau ingin mengurus proses klaim, terpaksa melakukan semuanya sendiri tanpa dapat meminta bantuan dari agennya tersebut. Saya sering menerima telepon dari para nasabah asuransi yang terlantar seperti itu.
Mereka bertanya kepada saya tentang asuransi jiwa yang mereka miliki dan tata cara pada saat ingin mengajukan klaim. Saat saya tanya balik mengapa tidak menanyakan hal tersebut kepada agen asuransi yang menawarkan ke mereka produk asuransi tersebut, jawabannya selalu sama. Agen saya sudah beralih profesi dan tidak menjadi agen asuransi jiwa lagi.
Oleh sebab itu, berhati hatilah saat anda memilih agen asuransi jiwa. Jangan beli polis asuransi jiwa hanya karena yang menawarkan adalah famili, saudara atau teman anda. Apakah anda bisa tahu berapa lama famili,saudara atau teman anda itu akan tetap menjadi agen asuransi jiwa? Apakah mereka memiliki komitmen seumur hidup untuk menjadi seorang agen asuransi?
Jika anda membeli asuransi jiwa dari situs ini, www.asuransi-jiwa.org, anda tidak perlu kuatir akan ditelantarkan karena kami memiliki komitmen seumur hidup untuk senantiasa selalu melayani semua nasabah kami yang tersebar di seluruh Indonesia, dari Sabang Sampai Merauke. Bahkan kami juga memiliki nasabah yang saat ini bekerja di luar negeri dan masih tetap aktif berkomunikasi dengan kami via aplikasi Chat.
Dalam artikel kali ini, saya mau sharing pengalaman teman saya yang dikejar kejar oleh agen asuransi jiwa, waktu itu teman saya masih kerja sebagai accounting di perusahaan dagang dan ber kantor di Pekabaru, Riau, sekitar tahun 2003. Saat itu, salah satu perusahaan asuransi jiwa gencar melakukan promosi dengan menyewa stand stand di berbagai tempat seperti di gramedia, kantor pos, plaza plaza (waktu itu belum ada mal), dan tempat publik lainnya, disetiap stand mereka menempatkan 5-10 orang.
Karena pekerjaan hampir setiap minggu dari teman saya itu adalah harus mengirim paket dokumen ke Jakarta melalui kantor pos yang dekat dengan kantor nya tersebut, jadi setiap minggu juga dia harus bertemu dan dikejar kejar oleh agen asuransi yang “agresif”, sehingga seringkali dia bercerita kalau sebenarnya dia merasa malas untuk pergi ke kantor pos dan lebih memilih menitipkan paket kepada sopir atau office boy saja karena sudah tidak ada lagi alasan untuk menolak penawaran dari para agen asuransi tersebut.
Kadang jalan jalan di plaza atau sekedar mampir di gramedia juga “diganggu” oleh mereka, sehingga dia sering menjawab “sudah punya” agar tidak “diganggu”.
Sampai suatu hari dia menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai marketing kartu kredit, dan waktu itu karena teman saya itu memang belum punya kartu kredit maka dia pun tertarik dan membuat janji temu di kantornya untuk mendengarkan presentasinya, lalu dia juga mengumpulkan beberapa teman teman kantor nya yang berminat.
Pada hari H, si marketing datang dengan 2 orang temannya, dan ketika memulai presentasi sang marketing malah menawarkan produk asuransi jiwa, lho kenapa jadi begini? Teman saya itu merawa kecewa karena merasa dibohongi dan juga jadi merasa tidak enak dengan teman teman kantornya yang lain, karena perasaan kecewa ini secara pribadi dia pun mulai menutup diri dan tidak peduli dengan presentasi mereka.
Sampai akhirnya setelah selesai presentasi, orang marketing itu menanyakan bagaimana produk dari mereka kepada para audience. Dalam hati teman saya itu berkata tidak peduli karena merasa kalau dia sudah dibohongi. Lalu mungkin karena merasa tidak ditanggapi, para marketing itu lalu meminta maaf dan ingin mengulangi presentasi dari awal, lalu teman saya itu bilang percuma saja karena selama ini dia sudah bosan di kejar kejar oleh agen asuransi.
Tapi ternyata si marketing kemudian mengatakan kata kata yang kurang lebih seperti ini:
“memang benar dan saya yakin bapak telah mengatakan hal sebenarnya, bapak sering dikejar oleh agen agen asuransi jiwa tapi disaat yang sama apakah bapak bapak sadar kalo kemalangan, kecelakaan, sakit penyakit, penyakit kritis atau bahkan kematian juga sedang mengejar bapak?
Begitu kemalangan, kecelakaan, sakit penyakit, penyakit kritis dan kematian menghampiri anda maka mulai saat itu juga, tidak akan ada lagi agen asuransi yang akan mengejar bapak karena semuanya sudah terlambat.
Bahkan pada saat itu, apabila anda sampai memohon mohon kepada agen asuransi atau perusahaan asuransi sekalipun agar anda dapat diikutsertakan dalam program asuransi mereka, permohonan asuransi jiwa anda sudah pasti akan ditolak.
Jadi bukankah lebih baik apabila kami, agen asuransi yang menemukan dan menghampiri bapak terlebih dahulu daripada semua jenis kemalangan, kecelakaan, sakit penyakit, penyakit kritis atau bahkan kematian yang menghampiri bapak duluan?”
Seperti disambar petir disiang bolong, kata kata si marketing perlahan lahan meresap dalam hati dan pikiran teman saya itu. Akhirnya teman saya menemukan dan mendapatkan jawaban kerisauan dan pertanyaan yang ada di pikirannya selama ini yaitu dengan gaji yang dimilikinya pada saat itu kalo dia harus terkena sakit kritis atau bahkan menghadapi kematian, apa yang bisa dia tinggalkan kepada Orang Tua nya yang selama ini telah membesarkan dan menaruh harapan yang besar pada dirinya?
Apakah dia cukup berbakti jika harus meninggalkan mereka pada saat dia belum sukses dan belum membahagiakan mereka? tapi apa teman saya itu bisa mengelak jika seandainya saat ini juga dia harus meninggalkan orang tua nya?
Akhirnya teman saya itu bersama dengan teman2 kantornya masing masing membeli polis asuransi jiwa dari mereka. Teman saya itu, secara pribadi membeli untuk uang pertanggungan sebesar 250 juta rupiah sesuai dengan kebutuhan nya pada waktu itu, dan seiring berjalannya waktu sampai dengan hari ini, memang dia sempat ada kesulitan dalam membayar polis asuransinya ketika berhenti kerja tahun 2009 dan sempat terpikir untuk menutup polis asuransinya tapi karena berbagai pertimbangan akhirnya dia tetap bisa meneruskannya sampai dengan hari ini.
Selamat untuk agen yang telah “membohongi” dirinya, dan teman saya secara pribadi mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang telah berhasil meyakinkannya akan pentingnya asuransi jiwa, sehingga dari sejak dia memiliki asuransi jiwa sampai dengan saat ini, dia selalu merasakan “absolutely peace of mind“ yaitu ketenangan dan kedamaian dalam mengarungi kehidupan ini.
Sudahkah anda paksa diri anda untuk membeli asuransi jiwa Allianz?