Mengapa semua orang harus memiliki asuransi khususnya asuransi jiwa dari Allianz? Karena tidak ada satupun manusia yang dapat hidup abadi. Karena kefanaan manusia yang pasti meninggal dunia suatu saat nanti (cuma tidak tahu kapan waktunya tiba), ini sudah merupakan keuntungan apabila memiliki asuransi jiwa. Loh, meninggal dunia kok malah untung?
Karena asuransi jiwa yang dimiliki sudah pasti terpakai dan sudah pasti di klaim dan manfaatnya bisa dinikmati oleh ahli waris yang ditinggalkan. Berbeda dengan asuransi penyakit kritis, asuransi kesehatan, asuransi cacat tetap total, asuransi mobil yang belum tentu terjadinya klaim selama masa hidup si tertanggung.
Jika penyakit kritis tidak dialami, cacat tetap total tidak dialami, sakit yang menyebabkan rawat inap rumah sakit tidak dialami, mobil juga tidak pernah kecelakaan atau bahkan tidak pernah hilang, ya tentunya klaim tidak pernah terjadi bukan?
Berbeda dengan asuransi jiwa yang 100% pasti manfaatnya dinikmati oleh ahli waris suatu saat nanti apabila si tertanggung meninggal dunia. Apalagi Allianz berani menggaransi perlindungan asuransi jiwa dan penyakit kritis sampai usia si tertanggung mencapai 100 tahun yang sangat jarang sekali ditemukan di asuransi merek lain.
Lalu apabila asuransi selain jiwa tersebut, belum tentu terjadi klaim, spakah ini merupakan kerugian dan mengikuti asuransi selain jiwa tersebut sama sekali tidak memberikan manfaat? Belum tentu. Misalnya dalam kasus asuransi penyakit kritis. Apabila terkena, berapa uang yang diperlukan untuk mengobati penyakit tersebut?
Kurasa memikirkan biayanya saja sudah membuat anda tidak memiliki semangat untuk hidup lagi. Silahkan simak kisah di bawah ini untuk menambah wawasan anda mengenai mengapa semua orang harus memiliki asuransi khususnya asuransi jiwa dan asuransi penyakit kritis.
Tuan X umur 30 tahun menyetor uang 1 juta tiap bulan. Setelah 3 bulan, tiba-tiba dia terkena serangan jantung. Maka dia menerima uang sebesar 1 miliar. Satu bulan setelah itu, tuan X meninggal dunia, maka ahli warisnya memperoleh uang sebesar 1 miliar. Total manfaat yang diterima tuan X dan keluarganya adalah 2 miliar, sedangkan uang yang dia bayar baru 4 juta.
Menurut anda, apakah kisah ini terdengar ajaib?
Ya, itulah keajaiban asuransi. Bayar sedikit dapat banyak.
Mungkin anda bertanya-tanya, apakah ada yang dirugikan dari peristiwa ini? Kalau ada, siapa? Apakah nasabah lain ataukah perusahaan asuransi?
Saya adalah nasabah asuransi di perusahaan yang sama dengan tuan X. Saya pun membayar premi kepada perusahaan asuransi. Mendengar bahwa klaim tuan X sebesar total 2 miliar telah disetujui, bukannya merasa rugi, saya justru merasa senang.
Tentu saya turut berduka dengan musibah yang menimpa tuan X, tapi saya merasa senang karena tuan X dan keluarganya telah terbantu, dan saya senang karena perusahaan tempat saya berasuransi telah menepati janjinya untuk membayar klaim nasabah. Hal ini menambah rasa aman kepada saya, bahwa jika saya mengajukan klaim, klaim saya pun akan dibayar.
Apakah mungkin perusahaan asuransi yang rugi? Secara parsial, kelihatannya perusahaan asuransi telah mengalami kerugian. Mereka baru menerima premi kotor 4 juta, tapi telah membayar klaim 2 miliar. Tapi benarkah perusahaan asuransi rugi? Ternyata secara keseluruhan tidak. Malah perusahaan ini tiap tahun meraup keuntungan. Telah berdiri lebih dari 100 tahun lalu, nasabah semakin banyak, nasabah yang mengajukan klaim pun semakin banyak, tapi keuntungan yang diraih pun semakin banyak.
Sebagai nasabah, saya makin senang ketika perusahaan tempat saya berasuransi mengalami keuntungan. Hal ini menjamin perusahaan akan terus bertahan dalam waktu lama dan memberikan perlindungan kepada saya dan nasabah lain dalam waktu yang panjang.
Menurut anda, apakah fakta ini terdengar ajaib?
Ya, itulah keajaiban asuransi. Keuntungan di satu pihak tidak diiringi kerugian di pihak lain.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Anda perlu Memahami mengenai Cara Kerja Asuransi
Cara kerja asuransi mengikuti apa yang disebut hukum bilangan besar (the law of large number). Semakin banyak peserta asuransi, semakin terprediksi kerugian yang timbul. Prediksi kerugian didasarkan pada tabel mortalita (tabel kematian) dan tabel morbidita (tabel kesehatan), yang isinya adalah statistik kematian dan sakit pada suatu wilayah.
Contoh: di sebuah wilayah berpenduduk 1000 orang, setiap tahun ada 2 orang yang meninggal dunia. Berarti tabel mortalitanya adalah 2/1000 atau 0,002. Dari data ini, perusahaan asuransi jiwa akan menetapkan premi sebesar 2 rupiah per 1000 UP ditambah biaya pengelolaan dan keuntungan. Anggaplah preminya jadi 3 rupiah per 1000 UP per tahun, atau jika UP-nya 1 miliar, preminya 3 juta per tahun.
Anggaplah seribu orang itu seluruhnya masuk asuransi dan membayar premi 3 juta per orang untuk mendapatkan UP jiwa 1 miliar, maka akan terkumpul dana 3 miliar. Sesuai statistik tabel mortalita, ada 2 peserta yang meninggal dunia, maka pihak asuransi mengeluarkan uang 2 miliar untuk dua orang tsb.
Sisanya sebesar 1 miliar menjadi bagian pihak asuransi, yang akan digunakan untuk membayar biaya pengelolaan asuransi (gaji karyawan, komisi agen, dll) dan sisanya sebagai keuntungan. Jadi, keuntungan perusahaan asuransi diperoleh dari total premi yang masuk dikurangi total klaim dan biaya pengelolaan.
Demikianlah secara sederhana cara kerja asuransi. Bayangkan jika pesertanyanya mencapai ratusan ribu hingga jutaan orang, maka makin mudahlah memprediksi berapa yang harus dikeluarkan untuk membayar klaim para peserta.
Dalam kenyataan, mungkin saja pada tahun tertentu pihak asuransi mengalami kerugian ketika jumlah klaim melebihi perkiraan. Tapi secara keseluruhan, kita bisa melihat bahwa banyak perusahaan asuransi bisa hidup sampai ratusan tahun. Mereka tetap mencari nasabah, tetap membayar klaim, dan tetap memperoleh keuntungan.
Artinya, secara teoritis maupun praktis, keajaiban asuransi telah terbukti kebenarannya. Produk asuransi adalah anugrah Tuhan untuk kebaikan umat manusia.
Pernahkan anda mendengar pernyataan bahwa asuransi merupakan keajaiban dunia yang kesembilan?
Sejauh ini kita mengenal istilah 7 keajaiban dunia, yaitu bangunan-bangunan fisik yang luar biasa peninggalan masa lampau seperti Tembok Besar di Cina, Piramida Giza di Mesir, Taman Gantung di Babilonia, Menara Eiffel di Paris, Menara Miring Pissa di Italia, Patung Liberti di New York, hingga Borobudur di Indonesia. Orang-orang bisa berdebat tentang bangunan apa saja yang masuk di tujuh keajaiban ini dan urutannya. Yang jelas, istilah 7 keajaiban dunia merujuk pada bangunan-bangunan fisik tersebut.
Tentang keajaiban dunia kedelapan, saya setuju dengan ungkapan dari seseorang yang dianggap paling cerdas sejagat, Albert Einstein: “Compound interest is the eight wonder of the world. He who understand it, earns it. He who doesn’t, pays it.” (Bunga majemuk adalah keajaiban dunia kedelapan. Siapa yang memahami, dia mendapatkannya. Siapa yang tidak memahami, dia membayarnya). Bunga majemuk adalah pelipatgandaan, deret ukur, atau perpangkatan, contoh penerapannya antara lain dalam investasi, utang kartu kredit, dan bisnis jaringan.
Lalu apakah keajaiban dunia kesembilan? Ya jawabannya tidak lain tidak bukan adalah asuransi. Apakah anda setuju dengan pendapat ini?