Beberapa waktu yang lalu di tahun 2006, salah satu Ustad terkenal di Indonesia menghadiri peresmian sebuah produk unit link syari’ah. Pada peresmian produk unit link syariah itu, beliau melontarkan gagasan baru. “Kita harus jadi bangsa visioner,” katanya.
Menyisihkan dana secara teratur di usia produktif, sebagai simpanan hari tua, adalah contoh bangsa yang visioner. Umat perlu banyak menabung untuk menghadapi masa sulit, sebagai antisipasi andai musibah datang menimpa. Selain itu, bisa jadi persiapan kalau-kalau ada keperluan mendesak yang butuh dana besar, seperti ketika anak-anak secara serempak masuk sekolah.
Di sinilah pentingnya asuransi syariah. Kita perlu mencontoh Malaysia yang 60 persen penduduknya sudah sadar menabung. Sementara penduduk Indonesia belum mencapai 10 persen yang sadar tabungan. Asuransi syariah sudah menjadi konsep global. Hampir 200 (dua ratus) perusahaan asuransi di dunia menggunakan konsep ini. Tanpa kecuali negara-negara non-Muslim.
Di Indonesia sendiri sudah sekitar 35 (tiga puluh lima) perusahaan asuransi menggunakan konsep syariah. Tiga dalam bentuk perusahaan penuh, selebihnya dalam bentuk divisi atau cabang syariah. Market share-nya memang masih kecil, kurang dari 2 persen, tapi saya yakin beberapa tahun ke depan akan meningkat signifikan.
Berasuransi secara syariah berarti membuat perencanaan menghadapi masa depan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Karena itu menggalakkan masyarakat masuk asuransi syariah, sama dengan menggalakkan bangsa ini menjadi bangsa yang visioner.
Allah SWT memerintahkan kita agar senantiasa membuat perencanaan masa depan. Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan, bencana, dan kematian merupakan qadha danqadar. dari Allah. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Tapi perencanaan masa depan tetap harus dipersiapkan.
Allah berfirman, ” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap hari memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan). Dan, bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau kerjakan.” (Al Hasyr:18).
Ayat ini memerintahkan kita untuk mempersiapkan diri, melakukan ikhtiar antara lain dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki melalui asuransi syariah bersama dengan saudara-saudara kita yang lainnya. Sehingga, jika takdir ‘menjemput’ kita, maka persiapan-persiapan untuk keluarga yang kita tinggalkan dalam batas tertentu sudah tersedia. Dengan demikian, kita tidak meninggalkan keluarga yang sengsara, terutama bagi sang ayah sebagai tulang punggung ekonomi keluarga.
Oleh karena itu, Allah swt memerintahkan kepada umat Islam agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah, yang menjadi beban orang lain sepeninggalnya. Kita perlu perencanaan yang matang dalam mempersiapakan hari depan, dan jadilah bangsa yang visioner.
Allah berfirman, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”