Artikel di bawah ini dikutip dari http://www.kompasiana.com/danielht/life-of-pi-kisah-yang-membuat-orang-percaya-pada-tuhan_5519abcaa33311681ab65959
Kisah Life of Pi ini akan membuat orang percaya kepada Tuhan. Demikian adalah penggalan kalimat yang diucapkan oleh salah satu tokoh di dalam sebuah novel yang berjudul Life of Pi. Sebuah novel drama petualangan yang sangat luar biasa, penuh dengan filosofi hidup berkualitas tinggi, bagaimana kah manusia itu ketika benar-benar merasakan bisa menyentuh Tuhan.
Novel yang terjemahan bahasa Indonesianya diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama ini baru saja saya selesai membacanya.
Novel karangan Yann Mattel (2001) ini sebenarnya sudah pernah terbit edisi bahasa Indonesianya oleh penerbit yang sama pada November 2004. Sampai dengan November 2007 mengalami cetak ulang yang keempat kalinya.
Dan, dicetak lagi untuk kelima kalinya pada November 2012. Cetakan kelima inilah yang saya baca. Cetakan kelima ini diterbitkan tentu saja tidak lepas dari karena novel ini telah difilmkan, dan dalam November 2012 ini juga sudah bisa disaksikan di layar-layar bioskop di seluruh dunia (tanggal 21 November 2012 di AS).
Film yang dirilis dalam format 3D dan format 2D ini disutradarai oleh sutradara pemenang Oscar asal taiwan, Ang Lee. Ang Lee mengaku bahwa ini adalah film tersulit yang pernah dia buat. Bagaimana menuangkan makna filosofi spritual, teologi, zoologi, dan ilusi yang begitu tinggi maknanya di novel tersebut ke dalam sebuah film.
Namun demikian, dari trailer yang kita saksikan, kita tak perlu ragukan lagi bahwa Ang Lee telah berhasil melakukannya dengan baik.
Novel setebal 446 halaman (edisi bahasa Indonesia) ini mengisahkan petualangan luar biasa tak terkirakan, nyaris ajaib, dari seorang anak laki-laki India, bernama Piscine Molitor Patel, yang oleh keluarganya biasanya dipanggil dengan nama depannya, Piscine.
Tetapi karena di sekolahnya namanya itu disalah ucapkan atau dengan sengaja plesetkan dengan Pissing, dalam bahasa Inggris, yang artinya “kencing.” Maka, di dalam setiap perkenalannya di kelas, Piscine selalu menyampaikan dengan cara menulis di papan tulis tentang pelafalan namanya yang benar.
Dia menulis namanya dengan “Pi Patel,” yang diikuti dengan menulis konstanta (lambang dalam matematika, — perbandingan antara diameter dan keliling sebuah lingkaran), sebagai penegasannya.
Pi tinggal di kota Pondicherry, India, bersama kedua orangtuanya dan seorang kakak laki-lakinya bernama Ravi Patel. Ayah Pi adalah pemilik dan sekaligus pengurus dari sebuah kebun binatang di kota tersebut. Suatu ketika ayahnya berencana untuk pindah bersama seluruh keluarganya ke Kanada, dengan terlebih dulu menjual seluruh koleksi kebun binatangnya.
Alasan ayahnya untuk pindah adalah untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya, karena merasa India di bawah kepimpinan PM Indira Gandhi adalah sebuah kehidupan yang tidak nyaman. Banyak koleksi penting kebun binatang mereka itu dibeli oleh beberapa kebun binatang dari beberapa kota Amerika Serikat. Binatang-binatang itu dikirim dengan sebuah kapal cargo milik Jepang berbendera Panama, bernama Tsimtsum. \
Para perwira kapalnya terdiri dari orang-orang Jepang, sedangkan ABK-nya terdiri dari orang-orang Taiwan. Bertolak dari pelabuhan Madras, India menuju Kanada. Keluarga Pi berangkat bersama kapal tersebut. Ayahnya sekaligus bertugas untuk mengurus binatang-binatang tersebut selama perjalanan. Saat itu Pi berusia 16 tahun. Ini adalah 3 gambar dari film “Life of Pi” :
Pada 21 Juni 1977, Tsimtsum berlayar dari Madras menuju Kanada. Pada 2 Juli 1977, kapal itu diterpa badai dahsyat, dan tenggelam di Samudera Pasifik.
Hanya ada satu sekoci yang berhasil diturunkan, membawa penumpanngnya, yang terdiri dari Pi, seekor zebra yang kakinya patah, seekor orang-utan, seekor hyana tutul yang ganas, dan seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kilogram.
Selama lebih dari tujuh bulan, atau 227 hari sekoci itu terombang-ambing di tengah-tengah Samudera Pasifik yang biru, seolah tanpa tepi, sangat dalam dan ganas itu. Selama itu pulalah kisah petualang Pi berlangsung. Kisah yang sangat luar biasa dan penuh keajaiban itu, yang membuat seorang tokoh di novel itu berkata, kisah ini akan membuat orang percaya kepada Tuhan.
Mulai dari pengalaman luar biasa nan mengerikan Pi menyaksikan hewan-hewan di atas sekocinya itu yang saling memangsa di depan matanya, termasuk menjadikan dirinya sebagai sasaran berikutnya, fenomena pemandangan alam Samudera Pasifik dan penghuninya yang bagaikan berada di dunia dongeng, sampai dengan perjuangan hidup Pi di atas sekoci bersama dengan Richard Parker, nama harimau Royal Bengal itu.
Kisah perjuangan hidup-mati yang menakjubkan Pi bersama Richard Parker di atas sekoci di Samudera Pasifik selama 227 hari itu (2 Juli 1977 – 14 Februari 1978) itulah yang menjadi inti cerita Life of Pi ini. Bagaimana Pi bisa hidup bersama dengan seekor harimau seberat 225 kilogram di atas sekoci yang sempit itu, di alam samudera yang seolah tanpa tepi itu? Hiu-hiu yang berseliweran di bawah permukaan laut.
Siang udaranya luar biasa panasnya, sedangkan malam, luar biasa dinginnya. Persediaan makanan dan minuman yang semakin menipis dan akhirnya habis. Badai besar yang masih datang menerjang. Ribuan ikan terbang yang meloncat terbang dari dalam laut melintasi dan menabrak mereka (Pi dan Richard Parker). Ikan-ikan terbang itu sedang dikejar ikan-ikan dorado untuk dimangsa, dan di belakang ikan-ikan dorado itu, ada hiu-hiu yang mengejar mereka untuk dimangsa pula.
Puluhan ikan paus dan lumba-lumba yang berenang dan berloncatan bagaikan bermain di sirkus raksasa di tengah keheningan samudera. Cahaya-cahaya kehijau-hijauan yang ajaib. Menemukan Pulau Ganggang di Samudera Pasifik dengan pohon-pohon karnivoranya. Di pulau itu ada ganggang pemakan ikan dan penghasil air tawar, dan ada binatang-binatang pengerat akuatik, bentuknya mirip meerat, semacam luwak, pemakan ikan-ikan mati, yang tinggal di atas pohon. Dan seterusnya.
Terutama sekali tentu saja pengalaman hubungan antara Pi dengan Richard Parker, si harimau Royal Bengal seberat 225 kilogram itu. Awalnya, tentu saja Pi sangat ketakutan berdua dengan harimau besar itu. Sampai-sampai dia membuat rakit dari pelampung-pelampung yang ada di sekoci tersebut, mengapungkan dan naik di atasnya. Menjauh dari sekoci tersebut dengan seutas tali tetap menyambungkan rakitnya dengan sekoci itu. Sementara itu sang harimau pun mengincar Pi untuk dijadikan santapannya.
Tetapi, seiring berlalunya waktu, ternyata kedua makhluk berlainan spesies ini merasa senasib, dan saling membutuhkan. Saling membutuhkan teman di tengah-tengah keheningan Samudera Pasifik. Pi, bahkan kemudian merasakan kehadiran harimau itu justru menjadi motivasinya untuk terus berjuang hidup.
Rencananya yang semula untuk bagaimana caranya melenyapkan harimau itu dari hadapannya untuk selama-lamanya, dengan prinsip “saya atau dia”, berubah menjadi “saya dan dia.”
Dari peralatan yang terdapat di sekoci penyelamat itu Pi kemudian belajar menyulingkan air laut menjadi air tawar yang bisa diminum, memancaing ikan, menangkap penyu-penyu besar yang berenang di permukaan laut, mengkulitinya, dan memakan dagingnya mentah-mentah. Pi juga minum darah penyu yang ditangkapnya.
Dari buku petunjuk yang ada di sekoci, Pi diberitahu bahwa darah penyu segar bagus untuk stamina. Buku itu juga mengingatkan agar jangan kencing di celana, karena akan segera kering di badan, badan akan terasa gatal-gatal, diikuti dengan timbulnya kudisan dan luka-luka. Ada banyak petunjuk di buku itu yang membantu Pi bisa bertahan hidup lebih lama.
Pi juga selalu berbagi ikan-ikan dan daging penyu-penyu itu dengan Richard Parker. Tentu saja bagian Richard Parker selalu jauh lebih besar. Sebelumnya, seluruh makanan kering dan minuman yang tersedia di sekoci penyelamat itu telah habis semuanya dikonsumsi Pi. Dengan Pi selalu memberinya makan dan minum itulah si harimau Royal Bengal pun merasa membutuhkan Pi, dan tak berniat memangsanya.
Kemudian Pi pun berpikir dan berupaya untuk bisa menaklukkan Richard Parker seperti seorang pelatih sirkus dengan harimaunya dengan pluit yang diperoleh dari sekoci. Sebagai anak dari pengurus kebun binatang, Pi pun mengerti bahwa harimau biasanya menandakan daerah kekuasaannya (teritorinya) dengan cara mengencingi lokasi tersebut. Pi pun meniru cara harimau itu, dengan mengencingi teritorinya, di bagian lain di sekoci itu.
Kedua makhluk itu pun tidak saling melanggar wilayahnya masing-masing. Richard Parker tidak lagi memperlihatkan permusuhannya dengan mengeluarkan suara auman rendah, yang disebut Prusten. Sebagai isyarat untuk mengajak bersahabat dengan Pi.
Tapi, sampai kapan? Sampai kapan hubungan baik itu bisa berlangsung, dan yang terpenting dari semua itu, sampai kapan mereka bisa bertahan hidup? Halusinasi pun sering datang pada Pi.
Kemeja dan celana Pi perlahan-lahan mulai lapuk termakan panasnya matahari dan hawa air laut, sampai akhirnya benar-benar hancur. Pi tak berbusana sama sekali. Selimut yang ada pun bernasib sama.
Sebagai pengganti untuk melindunginya dari hawa dingin dan panas Pi menggunakan rumah-rumah penyu yang berhasil ditangkapnya itu. Tetapi penderitaan masih terus berlangsung, tubuh Pi mulai lecet-lecet dan bisul-bisul, bernanah, di banyak tempat. Tubuhnya kurus kering.
Demikian juga dengan Richard Parker. Bahkan mata kedua makhluk berlainan spesis itu pun juga mulai mengeluarkan nanah. Mereka berdua mulai kehilangan penglihatannya.
* Ketika Pi akhirnya selamat, terdampar dan ditemukan di pantai sebuah desa di Mexico pada 14 Februari 1978, di rumah sakit, dia didatangi oleh dua orang Jepang, Tomohiro Okamoto dan asistennya Atsuro Chiba dari Departemen Maritim di Kementerian Transportasi Jepang. Mereka meminta keterangan dari Pi Patel tentang tenggelamnya kapal Tsimtsum itu.
Pi pun bercerita seperti kisah di novel tersebut.
Tetapi dua orang Jepang itu tidak percaya. Terutama tentang kisah ada binatang-binatang itu di sekocinya, apalagi dengan seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kologram selama 227 hari.
Si Royal Parker, menurut kisah Pi, begitu sekoci mereka sampai di pantai itu, harimau itu langsung meloncat ke daratan, memandangnya sebentar. Kemudian pergi begitu saja, masuk ke hutan di dekat situ.
Okamoto dan Chiba juga tidak percaya dengan cerita Pi yang menemukan pulau ganggang, yang di atasnya tertanam pohon-pohon karnivora pemakan daging, ganggang yang bisa membuat air laut menjadi air tawar, dan binatang-binatang kecil pengerat akuatik yang tidur di dahan-dahan pohon (bentuknya mirip meerkat, semacam luwak, tetapi menurut Pi mereka makan ikan-ikan mati di pantai dan tidur di dahan-dahan pohon di pulau ganggang itu).
Karena memang secara ilmu botani manapun, belum pernah dikenal adanya pulau ganggang, ganggang, pohon dan binatang seperti itu dalam sejarah manusia. Tetapi Pi tetap bersikeras, dengan berbagai argumennya.
Misalnya, dengan mengatakan samudera itu sangat, sangat luas, hanya secuil bagian darinya yang dikenal manusia. Maka, bisa saja pulau ganggang itu memang belum pernah ditemukan manusia, tetapi bukan berarti tidak ada.
Okamato pun membuat laporan untuk Kementeriannya, yang isinya tidak menyinggung tentang cerita-cerita Pi yang mereka anggap mustahil benar terjadi. Hanya di bagian akhir laporan itu antara lain ditulis catatan sebagai berikut:
“Berdasarkan pengalaman penyelidik, cerita tersebut tak ada tandingannya dalam sejarah kapal tenggelam. Sangat sedikit korban kapal tenggelam yang bisa bertahan begitu lama di laut seperti Mr. Patel, dan belum pernah ada yang ditemani harimau Bengal dewasa.”
Lalu apa hubungan antara kisah Life of Pi ini dengan asuransi Allianz? Tentu saja ada. Bayangkan jika anda memiliki asuransi Tapro Allianz. Kita ibaratkan anda dan keluarga sebagai Richard Parker, Si harimau Royal dan Pi Patel sebagai perusahaan asuransi Allianz.
Jika si harimau memangsa si tokoh utama, sudah dipastikan bahwa sang harimau juga akan mati karena dia tinggal sendirian di tengah samudera, tanpa makanan untuk bertahan hidup. Bayangkan jika anda hidup tanpa memiliki asuransi. Di tengah ketidak pastian yang mungkin bisa terjadi dalam hidup anda sewaktu waktu (terkena sakit kritis, menderita cacat tetap total, tertimpa musibah kecelakaan tiba tiba, meninggal karena sakit atau kecelakaan), ini sama saja dengan bunuh diri atau memilih untuk masuk ke lembah kesengsaraan yang panjang jikalau kematian belum menjemput.
Jadi agar bisa melangkah dengan tenang di hidup ini tanpa perasaan was was, anda memang membutuhkan asuransi Allianz seperti halnya Richard Parker membutuhkan Pi Patel. Selama terombang ambil di tengah lautan, Pi Patel yang selalu memberi makan kepada si Richard Parker. Jika terjadi suatu musibah terhadap anda bukankah perusahaan Asuransi Allianz yang akan memberikan anda pertolongan?
Demikian juga kepada anggota keluarga yang anda tinggalkan apabila anda meninggal dunia, Allianz juga akan memberikan santunan berupa uang tunai dalam jumlah besar kepada keluarga anda agar mereka dapat terus menjalankan hidup mereka dengan normal. Apabila Pi Patel memilih untuk membiarkan Richard Parker untuk mati, dia juga takkan bisa bertahan hidup karena Richard Parker telah menjadi motivasi bagi Pi Patel untuk tetap hidup, sama halnya anda sebagai nasabah Allianz yang sedemikian penting bagi Allianz.
Apalah artinya perusahaan Allianz tanpa dukungan dari para nasabahnya yang tersebar di seluruh dunia untuk mempercayakan perlindungan mereka semua kepada Allianz? Allianz bisa menjadi besar karena dukungan dari para nasabahnya, begitu juga sebaliknya. Para nasabah Allianz berani melangkah dengan aman karena mereka percaya 1 yang terpenting dalam hidup mereka yaitu melindungi penghasilan keluarga telah dijamin oleh Allianz.