Meskipun sudah diperkenalkan sejak lama tetapi jumlah orang yang telah memiliki asuransi di Indonesia masih sangat minim. Padahal asuransi itu sangat penting sekali manfaat nya yaitu untuk mengalihkan risiko.
Asuransi penting untuk mengalihkan risiko yang mungkin terjadi pada diri kita. Misalnya seseorang menjadi kepala keluarga yang memiliki istri dan anak. Sebagai tulang punggung keluarga, dia jelas perlu memiliki asuransi jiwa. Dengan demikian apabila ada musibah yang berakibat fatal, seperti meninggal dunia atau cacat, keluarganya bisa mendapatkan uang pertanggungan (uang santunan) dari perusahaan asuransi.
Uang pertanggungan itu dapat dijadikan modal untuk melanjutkan hidup karena dapat dimnafaatkan misalnya untuk modal buka usaha atau di investasikan/ didepositokan.
Begitu pula jika kita memiliki kendaraan bermotor. Risiko kecelakaan di jalan juga senantiasa menghadang kita. Tanpa memiliki asuransi, kecelakaan yang datangnya tak terduga, benar benar bisa menguras tabungan yang kita miliki. Biaya operasi di rumah sakit jika misal nya terjadi pembedahan karena kecelakaan. Bayangkan saja misal terkena kecelakaan dan terjadi pendarahan di otak. Perlu di operasi di kepala.
Kebayang gak berapa besar biaya yang mesti dikeluarkan. Karena ini sudah menyangkut nyawa, pastinya anda sudah tidak akan banyak mikir lagi. Rumah sakit minta berapa juga pasti akan anda bayar. Di suatu seperti ini anda sudah seperti seeekor lembu yang di cokok hidungnya. Pokoknya disuruh bayar berapa aja ya pasti anda bayar lah. Daripada nyawa melayang? Pilih mana coba.
Tetapi jika kita memiliki asurnasi yang mengcover risiko kecelakaan, kita tidak perlu kuatir karena ketika musibah itu datang, perusahaan asuransi yang akan menanggung biaya selama kita dirawat di rumah sakit termasuk jika ada pembedahan. Biaya pengobatan tidak akan memusingkan kita sama sekali.
Kira kira apa yang anda pikirkan ketika anda ditawarkan untuk memiliki asuransi? Apakah yang ada di benak anda adalah sebuah produk perlindungan/ proteksi atau sesuatu yang sulit untuk diajukan klaim nya? Bagi sebagian orang yang telah memiliki asuransi saat ini, asurnasi sudah mereka sadari sebagai sarana untuk mengantisipasi risiko yang datangnya tidak terduga.
Dan aneh bin ajaibnya, kebanyakan yang sudah menyadari risiko ini dan berinisiatif untuk memiliki asuransi rata rata adalah kalangan menengah ke atas dibandingkan dengan kalangan menengah ke bawah. Padahal jika dibandingkan kemampuan untuk bertahan ketika dihempas musibah, tentunya orang orang kalangan menengah bawah yang lebih berisiko.
Bayangkan saja ketika ada salah satu anggota keluarga misalnya terkena sakit kritis, tentunya mereka mesti mencari banyak uang untuk mengobati penyakit tersebut. Misalnya si anak terkena penyakit kritis, apakah mungkin si orang tua akan diam saja dan bersikap pasrah membiarkan si anak pasrah menunggu nasib dan bersikap pasif sampai menunggu ajal menjemput?
Atau jika yang terkena sakit kritis seperti kanker dan penyakit pemamtikan lainnya adalah pasangan, apakah mungkin pasangannya (suami atau istri) akan rela membiarkan pasangannya menderita tanpa berbuat apa apa untuk dapat menolongnya?
Bagi orang yang ekonomi nya pas pas an, tentunya ini adalah mimpi buruk. Kepada siapa mereka dapat meminta bantuan. Rumah masih ngontrak, kendaraan pribadi gak ada, kemana mana naik kendaraan umum. Aset lain lain tidak terlalu banyak. Mungkin yang dimiliki hanya perhiasan emas yg sehari hari digunakan si istri seperti kaung, cincin, gelang, dll. Jika kena sakit kritis, gimana?
Apa yang bisa digadaikan untuk ditukarkan menjadi uang tunai? Karena di saat terkena penyakit kritis, paling penting itu jika punya uang cash di tangan. Dan parahnya uang cash yang diperlukan itu mesti dalam jumlah besar pula.
Berbeda dengan orang yang ekonomi nya lumayan. Saat salah satu anggota keluarga terkena penyakit kritis, mereka masih ada rumah yang bisa di jual (jika rumah adalah milik sendiri) atau kendaraan yang bisa dijual (jika kendaraan juga milik sendiri). Atau bisa jadi mereka juga punya aset lain berupa tanah atau rumah di lokasi lain yang memang awalnya dibeli untuk investasi. Jadi sewaktu waktu kapan butuh duit misalnya dalam keadaan darurat, mereka bisa menjual aset tersebut untuk ditukar ke uang cash.
Nah kebanyakan orang yang telah melek asuransi dan menganggap asuransi penting sehingga telah memiliki asuransi saat ini adalah orang orang yang ekonomi nya lumayan. Mengapa bisa begitu ya? Aneh saja.
Padahal di saat datangnya musibah, mereka masih punya bumper sebagai perisai misal aset aset mereka. Kalau orang yang ekonominya di bawah? Tidak ada bumper sama sekali. Saat musibah datang, gak ada yang bisa tolong. Tapi malah yang tidak punya bumper ini tidak punya asuransi dan beranggapan asuransi tidak penting.
Nah ini yang gawat. Hal ini bisa mengakibatkan orang yang sudah miskin, bisa makin miskin. Ya iyalah, uang tidak ada. Begitu terkena sakit kritis, kan butuh uang. Jadi minjem sana sini bahkan sampai minjam uang ke rentenir dan dikenakan bunga tinggi. Akhirnya tidak mampu bayar. Ini yang disebut sudah jatuh tertimpa tangga trus ketiban cat lagi. Sudah tidak punya uang, saldo 0 di tabungan, ditambah lagi karena berhutang, saldo nya bukan lagi 0 tapi minus.
Jika dikaji lebih dalam, mengapa yang ekonominya lumayan, malah mau berasuransi? Alasannya bukan karena mereka sanggup bayar premi. Tapi karena mereka benar benar paham manfaat asuransi. Di saat musibah menghampiri mereka, mereka tidak mau dan tidak rela menggadaikan aset yang telah mereka kumpulkan dengan jerih payah mereka.
Mereka sadar, jika mengandalkan aset saja, tidak akan cukup. Terkena sakit kritis seperti kanker itu butuh biaya pengobatan yang tidak sedikit. Uang tabungan bisa ludes, bahkan aset dan harta yang dimiliki juga bisa tergadai semua hanya untuk bayar biaya pengobatan. Aset seperti tanah dan rumah itu apalagi bukan aset yang likuid. Jadi tidak bisa dijual secara cepat untuk dijadikan cash. Bisa sih jual cepat tapi jual murah, di bawah harga pasar. Apakah anda mau jual rugi? Gak mau kan tentunya.
Makanya itulah pintarnya orang orang ini. Mereka sadar, musibah itu bisa datang kapan saja, semua orang beresiko terkena penyakit kritis. Daripada menebak nebak siapa yang bakal kena, dan apakah akan kena dan kapan bakal kena, mending beli saja asuransi.
Pokoknya kan jika punya asuransi, jika anggota keluarga ada yang terkena penyakit kritis (dengan catatan semua anggota keluarga telah memiliki asuransi), maka perusahaan asuransi akan memberikan sejumlah uang cash mulai dari ratusan juta sampai miliyaran yang langsung di transfer ke rekening tabungan pribadi si orang tersebut dimana nantinya uang ini bisa digunakan untuk biaya berobat. Jadi mereka tidak perlu sampai gadai harta.
Hebatkan.
Sudah kena musibah, malah aset nya bertambah karena dapat uang cash milyaran dari Allianz. Sangat bertolak belakang dengan orang yang tidak punya asuransi tadi. Begitu kena musibah, aset nya berkurang, malah jadi minus karena berhutang sana sini.
Karena itu mari jadikan asuransi sebagai bagian dari gaya hidup anda. Tidak peduli anda kaya atau miskin, mulai lah berasuransi sejak dini. Jika dana anda terbatas, anda bisa mengambil premi yang murah. Jika dana anda ada berlebih, tidak ada salahnya anda ambil premi yang agak tinggi agar manfaat yang diberikan nantinya juga tinggi.
Jangan seperti sebagian orang yang menolak asuransi karena beranggapan bahwa asuransi adalah produk keuangan yang rumit dan merugikan. Orang orang ini beranggapan bahwa membeli polis asuransi sama saja membuang buang uang. Sudah barang yang dibeli tidak nampak ( tidak kelihatan fisiknya), hasilnya juga tidak dapat dinikmati saat itu juga. Alhasil, asuransi tidak dianggap penting.
Asuransi belum menjadi bagian dari gaya hidup dari masyarakat Indonesia. Berbeda dengan di negara negara maju lainnya seperti Singapura dan Jepang dimana 1 orang itu bisa punya lebih dari 1 polis asuransi. Tidak heran jika masyarakat di sana bisa punya 5 sampai 6 polis asuransi satu orang. Kalau di Indonesia? Boro boro punya 6. Masih banyak yang bahkan belum punya polis asuransi sama sekali.
Kesadaran akan manajemen risiko baru dimiliki sedikit orang. Di perusahaan, aset aaset dan faktor risiko yang akan terjadi terhadap perusahaan bakal diasuransikan untuk perlindungan. Tapi malahan untuk pribadi dan keluarga, perlindungan atas diri sendiri dan keluarga ini malah diabaikan dan bisa jadi tidak dilakukan.