Ada beberapa cara menghitung UP (uang pertanggungan) jiwa. Salah satunya berdasarkan suku bunga deposito, di mana jika UP jiwa disimpan sebagai deposito bank, jumlah uang yang dihasilkan dari bunganya cukup untuk menggantikan pengeluaran tiap bulan. (Pengeluaran, bukan penghasilan).
Misalnya, pengeluaran keluarga anda saat ini 5 juta per bulan (60 juta setahun), dan bunga deposito saat ini 6% per tahun. Maka UP yang anda butuhkan 60 juta dibagi 0,06 = 1 miliar. Jika terjadi klaim, maka uang 1 miliar tinggal disimpan di deposito, dan bunganya 6% per tahun (60 juta per tahun, alias 5 juta per bulan) cukup untuk mengganti pengeluaran saat ini.
Ini jika anda tidak punya aset apa pun. Jika anda punya aset, maka UP tersebut dikurangi nilai aset anda. Kenapa? Karena UP jiwa dan aset itu fungsinya beririsan, yaitu sama-sama bisa diwariskan. Tapi jika anda punya utang, maka UP jiwa anda harus ditambah dengan jumlah utang anda, karena UP jiwa dan utang pun beririsan, yaitu sama-sama bisa diwariskan.
Saya berpendapat bahwa UP jiwa itu haruslah berjumlah nominal besar, meskipun tentu saja ini berkaitan dengan premi yang harus dibayarkan. Semakin besar premi yang dibayarkan, maka UP yang diperoleh juga akan lebih besar. Semakin lanjut usia saat masuk asuransi, maka premi akan semakin mahal seiring dengan resiko.
Oleh sebab itu, saya selalu menghimbau, ikutlah asuransi di saat usia masih muda. Minimal jika seseorang sudah mulai bekerja, maka sudah bisa ikut program asuransi. Biasakan untuk menyisihkan sebagian kecil dari gaji pertama yang anda terima, untuk disetor sebagai premi. Mungkin saat ini anda tidak akan merasakan manfaatnya namun percayalah, manfaatnya akan dirasakan di saat yang tidak terduga nantinya.
Tidak seorangpun yang dapat meramalkan kejadian yang akan terjadi di masa depan bukan? Untuk menghindari kehilangan uang dalam nominal besar di masa yang akan datang, biasakanlah untuk kehilangan uang dalam nominal kecil saat ini. Sisihkan gaji dan penghasilan maupun uang belanja anda saat ini untuk berasuransi.
Agar premi lebih rendah, anda bisa juga mengkombinasikan proteksi jiwa dengan proteksi kecelakaan. Proteksi kecelakaan mengandung dua proteksi, yaitu risiko meninggal dunia dan risiko cacat (sebagian maupun total). Anda bisa mendapat total UP 1 miliar dengan menggabungkan UP jiwa dan UP kecelakaan. UP jiwanya 500 juta, UP kecelakaan 500 juta. Jika terjadi meninggal dunia karena kecelakaan, ahli waris mendapatkan 1 miliar. Manfaat lainnya, jika kecelakaan itu tidak berakibat meninggal dunia melainkan “hanya” cacat, anda masih mendapatkan sejumlah uang sebesar maksimal 500 juta.
3. Jika suami dan istri bekerja, UP dibagi dua
Prioritas asuransi jiwa adalah pencari nafkah utama, biasanya ayah atau suami. Jika istri pun bekerja, maka istri juga memerlukan asuransi jiwa. Lalu berapa UP yang dibutuhkan? Apabila pengeluaran keluarga anda sebesar Rp 5 juta per bulan, berapa UP yang diperlukan? Dalam ilustrasi ini, Rp 5 juta per bulan itu adalah pengeluaran keluarga, bukan suami saja atau istri saja. Jika keduanya bekerja, dan sumbangan keduanya relatif sama, maka UP 1 miliar itu dibagi dua, masing-masing 500 juta. Jika sumbangan suami lebih besar dibanding istri, maka UP pun dibagi secara proporsional. Misalnya UP untuk suami 600 juta, untuk istri 400 juta.
Jika, misalnya suami meninggal dunia, UP 600 juta akan cair. Uang ini disimpan di deposito dengan bunga 6%, akan diperoleh ganti pengeluaran sebesar 36 juta per tahun atau 3 juta per bulan. Kurangnya sebesar 2 juta dipenuhi oleh istri yang bekerja. Mungkin ada pertanyaan, bukankah pengeluaran akan naik seiring waktu? Ya, tapi pengeluaran juga akan turun dengan berkurangnya satu anggota keluarga. Dengan membagi UP menjadi dua antara suami dan istri, premi asuransi jadi lebih murah.
3. Cek berapa kemampuan anda
Mungkin saja kebutuhan UP anda tinggi, tapi premi yang mampu anda bayarkan kurang dari yang ditetapkan. Maka tak ada lain, bayar saja sesuai kemampuan anda pada saat ini meskipun UP yang anda dapat kurang dari kebutuhan.
4. Pilih masa proteksi secara bijak
Pada umumnya, setiap orang butuh proteksi jiwa ketika dia memiliki satu dari dua kondisi:
1) Punya tanggungan nafkah, misalnya terhadap anak dan istri. Masa proteksi yang dibutuhkan setidaknya sampai anak dewasa dan mandiri.
2) Punya utang. Masa proteksi yang dibutuhkan sampai utang lunas.
Oleh karena itu, hitung kebutuhan proteksi anda sampai berapa lama, lalu ambillah jangka waktu terpanjang. Jika anda seorang pria umur 30 tahun, punya dua anak dan anak terakhir baru saja lahir, maka kebutuhan proteksi anda setidaknya selama 23 tahun (sampai anak lulus kuliah dan bisa cari kerja).
Ambillah tenor 23 tahun, atau bahkan 25 tahun (anak lulus kuliah belum tentu sudah mandiri. Dia pun masih butuh biaya buat nikah, dan dalam hal ini kalau dia belum sukses pasti dia masih akan “merepotkan” orangtuanya). Jika anda hanya mengambil tenor pendek, misalnya 5 tahun, bagaimana pun anda masih harus memperpanjang proteksi untuk 5 tahun berikutnya, dan preminya akan lebih mahal saat perpanjangan.
Namun tidak usah kuatir. Di Allianz, manfaat dasar asuransi jiwa memproteksi sampai usia si tertanggung mencapai 100 tahun dengan nominal premi yang jumlahnya tetap dan tidak berubah sejak awal anda membeli polis asuransi. Jadi jangka waktu nya sangat panjang sekali bahkan melebihi usia rata rata hidup manusia, bukan?
5. Perhatikan berapa premi saat perpanjangan
Apabila anda memilih produk asuransi term life, hati hati ketika masa kontrak berakhir dan anda ingin melakukan perpanjangan Biasanya preminya akan naik beberapa kali lipat tergantung usia pada saat itu. Mintalah ilustrasi berapa premi yang harus dibayarkan pada periode kontrak yang kedua itu. Preminya pasti naik beberapa kali lipat.
Dengan mengetahui hal ini, anda bisa bersiap-siap sejak awal sejumlah uang untuk bayar premi perpanjangan. Jika anda merasa keberatan dengan kenaikan premi itu, carilah asuransi jiwa yang preminya flat sampai kapan pun seperti asuransi jiwa/Tapro Allianz yang preminya flat dan jangka waktu proteksinya panjang (sampai dengan usia si tertanggung mencapai 100 tahun).
6. Pastikan ada klausul garansi perpanjangan (renewal guarantee).
Asuransi term life berlaku sesuai masa kontrak, misalnya 5 tahun, 10 tahun, atau 20 tahun. Setelah kontrak berakhir dan nasabah masih hidup, maka proteksi pun berakhir. Supaya proteksi berlanjut, nasabah harus melakukan perpanjangan.
Ada produk term life yang perpanjangannya otomatis, ada yang harus melalui cek kesehatan lagi. Pastikan term life yang anda ambil bisa diperpanjang secara otomatis tanpa harus cek kesehatan. Inilah kelemahan dari produk asuransi jiwa term life.
Karena itu tidak usah pusing pusing. Tapro Allianz merupakan asuransi jiwa terbaik karena anda tidak usah pusing memikirkan garansi perpanjangan. Begitu anda membeli polis tapro, maka anda sudah otomatis terlindungi sampai usia anda mencapai 100 tahun dengan jumlah premi yang sifatnya flat (tidak berubah) seiring waktu.
Apakah UP Jiwa perlu ditingkatkan seiring waktu?
Pertanyaan pada judul di atas berkaitan dengan fakta bahwa inflasi membuat nilai uang semakin menurun seiring waktu. Misalnya kita punya asuransi jiwa dengan UP 1 miliar. Pada masa sekarang, uang tersebut mungkin terasa besar, tapi 10 atau 20 tahun kemudian, nilainya akan mengecil. Dengan tingkat inflasi 8% per tahun, misalnya, maka uang 1 miliar pada 10 tahun mendatang akan setara dengan uang 472 juta saat ini, dan 20 tahun mendatang setara dengan 205 juta.
Tapi apakah lalu UP jiwa harus dinaikkan setiap periode tertentu? Jawabannya bisa ya bisa tidak.
Ya, jika seiring waktu, penghasilan dan gaya hidup kita meningkat secara signifikan, sehingga jika terjadi klaim, UP yang ada tidak mencukupi untuk menopang gaya hidup keluarga yang kita tinggalkan.
Tidak, jika seiring waktu, aset-aset kita bertambah dan utang-utang kita berkurang. Dari tadinya tidak punya rumah jadi punya rumah, dari tadinya punya utang jadi tidak punya utang, dari tadinya punya simpanan emas 10 gram jadi 100 gram, dan seterusnya. Aset-aset yang kita miliki dapat berfungsi sama seperti UP jiwa, yaitu sama-sama bisa dijadikan warisan.
Jika kita bisa mengelola gaya hidup dan pengeluaran dengan benar, seharusnya aset-aset kita bertambah seiring waktu. Pertambahan aset yang normal adalah seimbang dengan tingkat inflasi, dan yang ideal adalah lebih besar daripada inflasi. Jika ini yang terjadi (aset bertambah), maka kebutuhan UP jiwa kita tidak akan sebesar sebelumnya, sehingga menurunnya nilai UP tidak lagi menjadi masalah karena tertutupi oleh penambahan aset-aset kita.
Namun jika meningkatnya penghasilan dan gaya hidup tidak diimbangi dengan meningkatnya aset, kebutuhan UP jiwa kita memang akan meningkat. Pada kasus ini, UP jiwa kita perlu dinaikkan setelah periode tertentu. Tapi perlu diingat juga, bahwa peningkatan UP jiwa berarti peningkatan premi yang harus dibayar. Dan karena usia pun sudah bertambah lebih tua, maka penambahan preminya pun akan lebih besar lagi.
Tinggal sekarang, kita termasuk kategori yang mana: gaya hidup yang meningkat ataukah aset yang bertambah?
Kesimpulan
- UP jiwa perlu dinaikkan jika pengeluaran dan gaya hidup kita meningkat, sementara aset kita tidak bertambah.
- UP jiwa tidak perlu dinaikkan jika aset-aset kita bertambah, dan penambahannya lebih tinggi daripada peningkatan gaya hidup.