Kematian tidak pernah bisa ditebak kapan datangnya. Tidak seorang manusia pun di dunia ini yang tahu kapan ajal bakal menjemput mereka. Oleh karena itulah dibutuhkan asuransi khususnya asuransi jiwa untuk berjaga jaga di segala kondisi yang dihadapi karena apapun itu selalu mengandung risiko baik risiko yang berasal dari diri kita sendiri maupun risiko yang berasal dari luar diri kita, yang di luar kontrol dan kuasa kita. Salah satunya kecelakaan pesawat udara.
Jakarta -Musibah yang menimpa pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh di Selat Karimata jelang akhir tahun 2014 lalu, nampaknya bisa dijadikan pelajaran bagi kita betapa pentingnya memiliki asuransi. Melalui perusahaan asuransi, para ahli waris keluarga korban mendapatkan santunan berupa sejumlah uang yang nilainya mencapai Rp 1,25 miliar per orang. Uang santunan ini cukup meringankan beban keluarga korban di tengah rasa duka yang melanda mereka. Anggota Komisi XI DPR RI Indah Kurnia mengungkapkan, peranan asuransi sangat penting bagi kehidupan manusia. Ini sebagai antisipasi berbagai kejadian yang tidak bisa diprediksi.
“Kita boleh menfaatkan kejadian AirAsia dengan positif tentunya, ini menunjukkan betapa pentingnya asuransi bagi kita,” ujarnya saat memberikan sambutan di acara Sosialisasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (19/1/2015).
Indah mendorong agar masyarakat Indonesia mulai concern terhadap asuransi. Selama ini, kata dia, industri asuransi di Indonesia masih belum banyak dilirik. Perbankan masih mendominasi instrumen keuangan masyarakat Indonesia saat ini.
“Sebanyak 80% masyarakat memilih menempatkan dana di perbankan, karena mudah diakses dan mudah melaksanakan transaksi,” ucap dia.
Padahal, Indah menyebutkan, asuransi punya berbagai manfaat, tidak hanya investasi tapi juga proteksi.
“Asuransi adalah produk pilihan masyarakat dalam bentuk investasi dan proteksi. Masyarakat selama ini mereka hanya tahu perbankan. Kita berharap masyarakat kita investasikan dananya nggak hanya perbankan tapi asuransi sebagai alternatif,” terang dia.
Apalagi, lanjut Indah, instrumen asuransi juga bisa dijadikan sebagai pembiayaan jangka panjang. Hal ini bisa didorong untuk digunakan sebagai pembiayaan pemerintah.
“Kita pemerintah juga butuh dana dalam jangka panjang dari asuransi, kalau bank itu jangka pendek, tabungan, deposito, jadi banyak hal penting dalam asuransi,” katanya.
Untuk itu, Indah mendorong pengembangan industri asuransi di Indonesia. Pihaknya bersama OJK, Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bekerjasama meningkatkan pertumbuhan industri asuransi di Indonesia.
Menurut dia, industri asuransi harus mudah diakses oleh masyarakat. Para petugas perusahaan asuransi harus pro aktif melayani masyarakat.
“Terkait AirAsia apabila ada nama yang sesuai dengan database, jangan menunggu keluarga korban mencari dan minta. Saya menyarankan agar mereka diberi kemudahan saat mereka melakukan klaim, itu yang perlu diperhatikan, OJK melalui kantor Surabaya membuka posko jadi pada saat ingin info maka saat itu petugas bisa langsung melayani,” pungkasnya.
