Bagaimana sih cara menentukan uang pertanggungan asuransi jiwa yang optimal? Semua orang yang mengajukan untuk membeli asuransi, pastilah menginginkan manfaat Uang Pertanggungan (UP) yang besar. Mungin Rp. 1 Milyar, 2 Milyar atau bahkan unlimited (tidak terbatas) he..he….
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan keinginan memperoleh manfaat UP yang maksimal seperti itu, tapi tentunya kembali lagi harus dibarengi dengan berapa jumlah premi yang sanggup anda bayarkan per bulannya untuk memperoleh manfaat UP tersebut.
Jangan karena menginginkan UP besar, anda malah memaksakan diri untuk membayar premi yang terlampu tinggi melebihi kesanggupan anda sehingga yang terjadi akhirnya malah polis asuransi anda lapse (mati) karena pembayaran premi bulanan berhenti di tengah jalan.
Jika ini yang terjadi pada anda, anda bisa mengajukan perubahan jumlah premi ke ke nominal yang lebih rendah ke pihak asuransi. Tentu saja seiring dengan turunnya premi, manfaat uang pertanggungan nya juga pasti akan turun.
Lalu apakah ada sebuah cara atau trik yang legal agar saya dapat memperoleh manfaat uang pertanggungan yang besar namun dengan premi yang rendah? Jawabannya ada dan caranya sangat simpel sekali. Hanya masalah di waktu. Semakin cepat anda memutuskan untuk ikut program asuransi, maka premi yang akan anda bayarkan semakin murah.
Namun jika anda selalu menunda nunda untuk ikut program asuransi, premi anda akan semakin mahal nantinya mengikuti usia anda. Semakin tua usia anda saat mulai ikut program asuransi, maka premi yang akan anda bayarkan semakin tinggi dan manfaat yang akan anda peroleh semakin rendah sebab risiko kematian bagi seseorang itu akan semakin bertambah apabila usia nya bertambah.
Saya selalu menyarankan anda yang masih berusia muda, sekitar umur 20 atau 30 an untuk mulai sadar dan ikut berasuransi. Di Allianz, Anda dapat memilih premi yang paling murah yaitu sekitar Rp. 355.000 per bulan saja untuk memperoleh manfaat UP santunan kematian sebesar Rp. 1 Milyar.
Coba hitung saja sendiri ya. Jika anda menabung Rp. 355.000 selama 10 tahun atau 20 tahun, dana anda yang akan terkumpul di tabungan mungkin hanya sekitar 355.000x12x10 = 42.600.000 dan 355.000x12x20= 85.200.000.
Apabila anda sekarang berusia 25 tahun dan 10 tahun kemudian anda meninggal dunia, anda hanya akan mewariskan Rp. 42.600.000 saja ke anak istri anda sesuai dengan besar tabungan yang anda miliki jiak anda rutin menabung 355.000 per bulan.
Sedangkan apabila anda meninggal di usia 45 tahun (20 tahun kemudian), anda hanya mewariskan Rp. 85.200.000 ke anak istri anda jika anda rutin menabung sebesar Rp. 355.000 per bulan sejak usia 25 tahun. Bayangkan apabila anda masuk asuransi jiwa.
Anda sama sama menabung sejak usia 25 tahun, tetapi jika anda meninggal dunia di usia 35 tahun, anda akan mewariskan Rp 1 Milyar kepada anak dan istri anda.
Begitu pula jika anda tutup usia di umur 45 tahun, anda juga akan mewariskan Rp. 1 Milyar kepada keluarga anda yang ditinggalkan. Jadi anda pilih mana? Mau meninggal miskin atau meninggal kaya?
Mau meninggal dengan mewariskan sedikit harta atau meninggal mewariskan banyak harta dan yang hebatnya lagi harta yang diwariskan itu dibayarkan oleh perusahaan asuransi jadi bukan berasal dari uang yang anda tabung. Warisan itu dibayarkan oleh Perusahaan Asuransi kepada ahli waris anda dan itu tidak dipotong pajak lagi.
Mungkin anda akan protes begini. Uang yang ditabung selama 10 atau 20 tahun kan mendapatkan bunga. Jadi tidak mungkin donk nabung Rp. 355.000 per bulan selama 10 tahun cuma menerima Rp. 42.600.000 saja atau menabung selama 20 tahun, kok cuma menerima sebesar Rp. 85.200.000. Kan ada bunga bank nya.
Baik, memang di asumsi ini saya tidak memasukkan bunga bank untuk memudahkan dalam perhitungan saja. Tetapi apabila saya memasukkan bunga bank untuk menghitung tabungan maka dalam perhitungan UP asuransi juga saya akan menyertakan hasil investasi nya juga supaya adil. Jadi di asuransi jiwa Allianz, klaim santunan kematian yang akan diterima oleh ahli waris tidak hanya sebesar UP 1 Milyar itu saja namun juga akan ditambah Hasil Investasi.
Jadi sebenarnya saat si tertanggung meninggal dunia, ahli waris akan memperoleh UP santunan kematian + Hasil Investasi. Hanya saja UP itu nilainya tetap dan dijamin oleh perusahaan asuransi sedangkan Hasil Investasi itu tidak dijamin nominalnya.
Sebelum memutuskan untuk membeli produk asuransi jiwa, anda hendaknya melakukan penghitungan UP (Uang Pertanggungan) terlebih dahulu. Hal ini ditujukan untuk mengetahui besarnya uang yang dibutuhkan di masa depan agar memperoleh manfaat yang maksimal dari produk asuransi yang tepat.
Di samping itu, penghitungan UP juga diperlukan sebagai penentuan besarnya premi yang harus dibayarkan. Bagaimana cara penghitungan UP yang benar dan optimal? Dalam hal ini, ada tiga metode yang dapat ditempuh, yaitu:
Metode human life value
Human life value merupakan metode umum yang digunakan untuk menghitung besarnya UP asuransi jiwa. Cara ini menentukan besarnya nilai dan banyaknya nominal uang yang dibutuhkan untuk memenuhi kehidupan keluarga selama jangka waktu tertentu.
Ada empat hal utama yang diperhatikan dan dipertimbangkan dalam metode ini, yakni: besarnya penghasilan tahunan, besarnya pengeluaran tahunan, berapa lama lagi pencari nafkah tersebut akan pensiun dari pekerjaannya(dihitung dalam tahunan), serta estimasi dana yang dibutuhkan.
Contoh:
Agus (30 tahun) menghasilkan 120 juta/tahun dan pengeluaran tetap bulanan dirinya dan keluarga yaitu sebesar 5 juta/bulan. Maka, pengeluaran tahunan keluarga Andi adalah 60 juta. Dalam jangka 25 tahun lagi, Andi akan pensiun dari pekerjaan. Maka, rumusnya yaitu:
Lama pertanggungan x penghasilan tahunan. 25 x 120 juta = 3 miliar. Maka life value Andi yaitu sebesar 3 miliar rupiah sedangkan uang pertanggungan yang dibutuhkan keluarga sebesar 1,5 miliar (UP).
Metode income based value
Berbeda dari metode pertama yang tidak memperhitungkan kemungkinan kenaikan biaya atau kebutuhan, metode income based value berdasarkan pada ekspektasi inflasi yang selalu terjadi setiap tahunnya dari penghasilan bulanan yang didapatkan.
Contoh:
Pak Mulyadi (40 tahun) memiliki penghasilan bulanan sebesar 5 juta rupiah. Diperkirakan inflasi setahun yaitu 5%. Hingga berusia 60 tahun (20 tahun lagi), Pak Rio perlu dapat memberikan uang pertanggungan senilai 1,6 miliar.
Metode financial needs based value
Dibandingkan dengan dua metode sebelumnya, metode financial needs based value diperhitungkan berdasarkan kebutuhan financial yang lebih spesifik. Hal ini dapat dikategorikan ke dalam biaya pendidikan anak atau biaya kesehatan atas perawatan penyakit tertentu.
Contoh:
Pak Sumartono (45 tahun) berpenghasilan 8 juta/bulan harus membiayai uang masuk kuliah anaknya 7 tahun lagi yang saat ini senilai 150 juta rupiah dengan perkiraaan inflasi 4%. Uang pertanggungan yang ia butuhkan yaitu senilai 197 juta rupiah.
Lalu berapakah nilai Uang Pertanggungan (UP) yang anda perlukan bagi asuransi jiwa anda beserta keluarga?
Jika anda menemui kesulitan untuk menghitung UP yang sebenarnya anda perlukan dengan ketiga metode di atas, cara paling simpel adalah anda tentukan terlebih dahulu berapa besar premi yang sanggup dan komit untuk anda bayarkan setiap bulannya untuk asuransi anda, baru kmudian dari sana akan ditentukan berapa besar Uang Pertanggungan yang akan anda dapatkan.
Tentunya manfaat UP akan dimaksimalkan mengikuti jumlah premi yang anda bayarkan setiap bulannya.