Masyarakat Hindu percaya bahwa tradisi ini bertujuan untuk mensucikan roh dan merupakan fase pertama memenuhi kewajiban suci bagi umat Hindu di Bali kepada para leluhur mereka. Masyarakat Indonesia lebih mengenal Ngaben dengan prosesi pembakaran jenazah, namun umat Hindu lebih dalam dalam memaknainya. Mereka percaya badan manusia terdiri dari 3 bagian, badan kasar, badan halus juga karma. Inilah yang membuat tradisi Ngaben berbeda.
Bagi pemeluk agama Hindu, badan kasar manusia terdiri dari 5 unsur (panca Maha Bhuta), yang dikenal dengan sebutan pertiwi atau zat padat, apah atau zat cair, teja atau zat panas, bayu atau angin, juga akasa atau ruang hampa.
Unsur-unsur tersebutlah yang membentuk suatu roh dalam tubuh manusia dan kepercayaan mereka ketika manusia meninggal yang mati, maka badan kasar dan badan halus atau roh tidak mati. Disinilah fungsi diadakan tradisi Ngaben yakni sebagai cara untuk menyucikan roh yang meninggalkan jasad atau badan kasar.
Asal muasal tradisi Ngaben Bali
Sejarah tradisi Ngaben sebenarnya berasal dari keyakinan umat Hindu di India dengan tujuan untuk mempercepat pengembalian pada badan kasar ke 5 unsur atau Panca Maha Bhuta. Upacara Ngaben, di jaman sekarang ini juga disebut kremasi ini telah berjalan mulai jaman Bharata yudha di India sejak tahun 400 SM. Nah, tradisi ini masuk bersamaan dengan masuknya agama Hindu ke Bali tahun 768 dan berbaur dengan budaya di Bali. Setelah itu masyarakat Balipun mulai melakukan upacara ini.
Banyak perbedaan ketika membahas asal kata Ngaben karena banyak sekali pendapat. Salah satunya Ngaben berasal dari kata Beya (kekal), ada pula yang mengatakan berasal dari kaya Ngabu (menjadi abu) dan masih banyak pendapat asal mula penyebutan kata Ngaben untuk upacara ini. Tradisi Ngaben juga dikenal masyarakat dengan sebutan upacara Palebon pada orang yang telah meninggal dunia.
Suasana dalam upacara ini bisa dikatakan lebih dekat dengan keramaian, dan semarak karena upacara Ngaben dipercaya bisa menyelamatkan diri roh manusia yang telah meninggal dari ikatan duniawinya menuju pada surga.
Menurut kepercayaan umat Hindu, setiap orang yang meninggal bisa kembali di dunia dengan proses reinkarnasi. Menurut kepercayaan mereka, reinkarnasi ini membutuhkan waktu yang panjang dan begitu lama.
Tujuan diadakannya Upacara Ngaben
Tradisi Ngaben memiliki tujuan yang baik bagi masyarakat, jika tidak memiliki tujuan maka tidak ada gunanya tradisi tetap dijaga secara turun-temurun. Berikut ini tujuan dari upacara Ngaben:
- Pembakaran jenazah lalu dilanjut menghanyutkan di laut atau sungai, mempunyai makna mendalam yang berhubungan dengan pelepasan roh dari belenggu atau kurungan keduniawian. Dengan begitu roh dapat dengan mudah bersatu kepada Tuhan (Mokshatam Atmanam).
- Tradisi Ngaben ini merupakan rangkaian upacara dalam mengembalikan 5 unsur pembangun badan kasar kepada asalnya masing-masing supaya tidak menghalangi roh pada Sunia Loka, penjelasan 5 unsur yaitu :
- Pertiwi, termasuk unsur padat yang membentuk tulang, daging dan kuku manusia.
- Apah, zat cair dalam tubuh yang membentuk darah manusia.
- Bayu, unsur-unsur dari udara yang membentuk napas.
- Teja, unsur-unsur panas yang menjadikan tubuh menjadi panas.
- Aksara, unsur-unsur ether berperan dalam proses pembentukan rongga dalam tubuh manusia.
Tujuan yang dilakukan keluarga dalam hal ini adalah sebagai simbolisasi memperlihatkan bahwa pihak keluarga yang telah ikhlas dan telah merelakan kepergian yang bersangkutan kepada Tuhan.
Macam Jenis tradisi Ngaben Bali
Tujuan tradisi Ngaben yang baik membuat Ngaben terus dilaksanakan di masyarakat Hindu terutama masyarakat Bali. Tradisi Ngaben tidak hanya satu jenis saja, namun memiliki banyak jenisnya. Berikut ini jenis-jenis atau bentuk dari upacara Ngaben di Bali.
Ngaben Sewa Wedana
Upacara ini dilakukan dengan melibatkan jenazah yang akan di kremasi masih utuh dan tanpa dikubur terlebih dulu. Dilaksanakan upacara setelah 3 sampai 7 hari dihitung mulai jenazah meninggal, agar jenazah bisa tahan dalam waktu tersebut biasanya menggunakan formalin untuk mengawetkannya.
Ngaben Asti Wedana
Upacara ini dilakukan dengan melibatkan kerangka manusia yang telah terkubur, pelaksanaan upacara ini disertai upacara nggagah. Bisa dikatakan bahwa upacara ini dilakukan ketika menggali kuburan jenazah bersangkutan dan mengupacarai tulang belulang yang masih tersisa.
Upacara ini dilakukan dengan peraturan atau ketentuan dari kesepakatan masyarakat desa tersebut. Hal ini dilakukan jika dalam masyarakat tidak diperkenankan melalukan upacara kematian juga pernikahan, akhirnya jenazah dikuburkan dengan sebutan upacara Makingsan ring Pertiwi atau dikatakan menitipkan pada ibu Pertiwi.
Swasta
Upacara ini dilakukan dengan tidak melibatkan jenazah atau tulang belulang manusia, upacara ini dilakukan dengan berbagai hal. Misalnya, meninggalnya berada di luar negeri atau keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya tidak bisa menjangkau jenazahnya, orang meninggal yang jenazahnya tidak bisa ditemukan (contoh, kecelakaan pesawat di lautan), dan lain sebagainya.
Upacara ini dilakukan dengan mengamsusikan jenazah dengan menggunakan kayu cendana yang dilukis serta dituliskan aksen magis. Ini bertujuan sebagai simbol badan kasar dari atma atau roh orang yang telah meninggal dunia.
Ngelungah
Upacara ini melibatkan mereka para jenazah anak kecil yang belum tanggal giginya. Jadi, upacara ini dikhususkan untuk jenazah anak-anak.
Warak Kruron
Upacara ini dilakukan kepada para bayi yang mengalami keguguran.
Upacara Ngaben ini juga membutuhkan biaya yang cukup lumayan. Saat ini, banyak masyarakat Bali yang telah menyadari akan hal ini makanya rata rata mereka sudah melengkapi diri dengan membeli dan memiliki asuransi jiwa bagi setiap anggota keluarga mereka. Karena mereka sadar, hidup sebagai manusia itu sifatnya hanya sementara.
Pada akhirnya semua orang akan meninggal toh. Dan pada saat meninggal dan dilakukan upacara Ngaben, pastinya pihak keluarga yang ditinggalkan akan mengeluarkan kocek yang lumayan besar.
Di satu sisi, pihak keluarga ingin agar dilakukan upacara Ngaben bagi sanak keluarga nya yang telah meninggal, namun di sisi lain jika mengingat besarnya biaya yang mesti dikeluarkan, jadinya niatnya bisa jadi diurungkan. Tapi ini malah akhirnya jadi kepikiran terus menerus.
“Prinsip ngaben ini kan masih dianggap terlalu mahal oleh masyarakat, banyak yang sedih, nangis kok, banyak yang berhutang gara-gara ngaben dan tidak semua umat kaya. Kebanyakan umat sedih sudah sakit lama, berobat mahal, hidup susah meninggal juga susah.”
Namun jika ada asuransi jiwa, masalah biaya ini sudah pasti terpecahkan karena biaya untuk mengadakan upacara Ngaben ini bisa menggunakan Uang Santunan meninggal dunia yang diterima oleh ahli waris.
Meskipun uang santunan ini mungkin cairnya tidak instan ( sekitar 14 haru karena butuh beberapa dokumen untuk melakukan klaim), namun setidaknya segala biaya yang sudah dikeluarkan duluan dari kantong pribadi untuk membiayai upacara Ngaben pada akhirnya akan tergantikan oleh uang santunan dari Asuransi tersebut.
Lalu di Allianz, asuransi apa yang cocok untuk masyarakat Bali yang kelak ingin mengadakan upacara Ngaben? Asuransi Allianz Tapro adalah yang terbaik karena ini merupakan produk asuransi jiwa unggulan dari Allianz.
Dengan membeli asuransi jiwa Allianz untuk setiap anggota keluarga, mulai dari untuk orang tua, pasangan (suami atau istri) dan anak anak, maka nantinya anggota keluarga dari almarhum tidak perlu pusing lagi memikirkan biaya untuk mengadakan upacara Ngaben ini kelak bagi anggota keluarga nya yang meninggal dunia.
Sudah jelas dengan tradisi Ngaben yang diadakan di Bali ini? Jika ingin lebih tahu tak hanya teori namun juga nyatanya, datang langsung ke Bali.